STUDY WISATA KE JAKARTA
PROLOG
Keadaan seperti biasa, seperti
sekolah lain yang mengadakan kegiatan belajar sehingga tampak sunyi disetiap
lorong sekolah. Waktu itu di Surakarta tanggal 19 bulan April tahun 2016 hari
dimana surat edaran untuk study
wisata ke Jakarta disebarkan dan diterima oleh siswa-siswi SMA Negeri 3
Surakarta. Suasana mulai cair setelah menerima pelajaran yang menegangkan di
kelas X MIA 6. Hampir seluruh siswa di kelas membicarakan apa yang akan terjadi
saat study wisata nanti. Saya juga
sedikit membayangkan apa yang akan terjadi nantinya di Jakarta. Setelah
beberapa menit penerimaan surat edaran itu, suasana kelas pun kembali seperti
biasa.
Pada hari itu suasana ramai di
bawah terik matahari yang semakin menyengat. Saya berpijak di kota Surakarta
pada tanggal 25 April 2016. Pada hari ini dijadwalkan untuk berkumpul pukul
11.00 WIB dan melaksanakan shalat dhuhur bersama di sekolah. Tapi saat-saat
dimana waktu untuk berkumpul, sekitar pukul 10.00 – Selesai saya sibuk mengurus
perizinan untuk kemajuan organisasi yang saya lakoni. Entah itu fotocopy LPJ dan SPJ, entah itu mencari
tanda tangan dan memberikan fotocopy-an
kepada guru-guru yang sudah ditentukan. Disaat teman-teman saya mengenakan baju
santai untuk berwisata, saya masih dalam keadaan formal memakai baju OSIS dan
membawa stopmap batik kesana kemari seperti orang yang sedang mencari pekerjaan
ke perusahaan-perusahaan. Beberapa teman saya sedikit menanyai saya mengapa
saya tidak cepat-cepat untuk bersiap-siap study wisata dan yang lain juga
mengatakan saya “anak sibuk”. Setelah saya dibantu oleh salah satu teman
organisasi saya, Friska, untuk menempatkan berkas fotocopy-an SPJ dan LPJ ke ruang guru, saya bergegas untuk pulang
ke kos untuk mempersiapkan diri.
Saat perjalanan menuju ke
sekolah dengan berjalan kaki dan tertindas sinar terik matahari yang panas
sambil menggendong dua tas sekaligus saya bertemu dengan teman paskibra, Salsa.
Dia menyapa saya yang tengah naik becak untuk pergi ke sekolah, tampak
barang-barangnya memenuhi bangku becak. Awalnya saya hanya sekilas dengan
menjawab lambaian tangannya tanpa mengetahui itu siapa karena dia sedang
menggunakan masker, tiba-tiba dia langsung menghentikan becak dan langsung
mengajak saya untuk naik becak bersama menuju sekolah. Pada saat itulah saya
mengetahui kalau itu adalah Salsa. Kami pun bernagkat bersama dengan menaiki
becak. Sesampainya di sekolah, dengan baik hati Salsa tidak mau menerima uang
patungan yang saya berikan, saya hanya berdoa di dalam hati agar dia
mendapatkan kebaikan dari Allah. Kami pun berpencar untuk bergabung ke kelas
masing-masing.
Suara dari microphone pun terdengar untuk menyegerakan siswa-siswi untuk
menuju aula untuk menerima penyuluhan dari beberapa guru. Bisa dikatakan posisi
saya pada waktu itu terlambat untuk mendapatkan tempat duduk paling depan, saya
pun duduk dengan teman-teman kelas saya pada posisi hampir paling belakang di
aula itu. Pada waktu itu, saya sangat terganggu dengan anak kelas lain yang
berbicara sangat keras yang membicarakan hal yang tak perlu untuk dibicarakan
saat penyuluhan sehingga saya tidak dapat mendengar sempurna penyuluhan dari
guru. Tetapi dengan fokus melihat ke arah sumber suara dan bertanya tentang
kejelasan penyuluhan dari teman-teman saya bisa mengerti. Tak lama kemudian
dari penyuluhan itu, suara adzan pun berkumandang. Pak Yulianto selaku guru
agama menggiring siswa-siswi muslim untuk pergi ke masjid untuk melakukan
shalat dhuhur berjama’ah. Setelah shalat, suara dari center pun terdengar kembali yang mengatakan bahwa untuk segera
siswa-siswi menata barang-barangnya ke bagasi bus masing-masing. O iya, saya
hampir lupa menceritakan bahwa kelas kami dapat berwisata dengan satu bus, jadi
tak terpisah seperti kelas lain hanya saja bus kami mendapat tambahan dari kelas
IIS kurang lebih lima orang untuk melengkapi tempat duduk yang kosong karena
sekolah kami hanya menyewa delapan bus saja.
Terik matahari semakin panas dan
membuat kami kecapaian untuk menunggu di samping bus masing-masing, sampai-sampai
ada yang rela duduk diatas batu dan berjongkok di atas tanah. Akhirnya wali
kelas kami, Pak Barkah, datang dengan rekannya Pak Brata dengan membawa absent.
Kami pun bergegas memasuki bus dan memilih tempat duduk. Sete;ah itu absent dan
doa kami lakukan sebelum perjalanan dimulai. Mesin bus mulai dinyalakan dan
terlihat bus lain yang berada di depan bus kami menginjakkan gasnya kemudian
bus kami mulai menyusul. Saat itu saya berada di dekat jendela dan terlihat
beberapa orang tua siswa melambaikan tangannya untuk anak mereka yang
menandakan perpisahan. Tapi, saya hanya bisa menyampaikan salam perpisahan saya
dengan orang tua melalui ponsel. Rute perjalanan kami adalah melalui jalur
utara. Kami melalui Semarang, Tegal, dst. Saat perjalanan terus berlanjut saya
sangat senang karena dapat duduk di dekat jendela yang merupakan tempat favorit
saya saat melakukan perjalanan jauh dengan menggunakan kendaraan roda empat.
Baru beberapa menit perjalanan, suasana kekeluargaaan mulai terasa dari
permaianan yang diutarakan oleh teman-teman dan berbagi makanan ringan. Hal
yang membuat saya terkagum-kagum saat kami melewati Semarang mulai dari jalan
tol yang saya rindukan untuk melewatinya hingga suasana rawa Pening yang
berlanjut sampai laut lepas dengan melihat detik-detik sunset. Terlihat disana
matahari senja dengan suasan romantis yang setiap mata dapat tercengang
melihatnya. Saya pun mencoba menengok kearah teman-teman sekitar yang bisa saya
jangkau dengan mata, mereka juga terkagum-kagum akan keindahan alah itu. Indah
sekali, subhanallah.
Setelah berkilo-kilo duduk di
dalam bus, kami pun berhenti di kota Tegal untuk melaksanakan shalat magrib dan
isya juga makan malam dan membersihkan diri. Bus kami termasuk deretan terakhir
karena sempat salah jalan sewaktu melewati Semarang, jadi harus memutar rute
dan melewati jalur yang sama selama dua kali. Tapi suasana dalam bus tidak
protes dan asyik meneruskan permainan yang sedang dilakoni. Sewaktu kelas kami
mengambil makanan, terlihat beberapa wadah kosong disana. Itu pun menandakan
kami sudah sangat terlambat dan terlihat pula meja-meja mulai penuh samai kami
bingung untuk duduk dimana. Akhirnya kami menemukan meja untuk beberapa orang.
Terlihat Pak Brata berkeliling menghampiri mirud-muridnya dan memotretnya
dengan keadaan sedang makan.
Setelah saya menghabiskan
makanan, saya bergegas ke kamar mandi karena saya merasa ingin buang air kecil.
Setelah mengantre cukup lama, akhirnya saya mendapat giliran masuk ke kamar
mandi. Saya pun keluar dari kamar mandi dan membayar kebersihan kamar mandi
sebanyak Rp 2000,00. Tepat beberapa meter jalan keluar dari kamar mandi
terdapat mushola di sebelah kiri jalan. Saya pun bergegas untuk mengambil air
wudu dan menjamak shalat magrib dan isya’. Setelah mengantre tempat untuk
shalat, saya pun memakai mukena yang disediakan dari mushola dan melaksanakan
shalat. Disaat saya sudah melaksanakan shalat dan berdzikir sejenak, tiba-tiba
ponsel saya berdering. Panggilan masuk dari Kharisma, salah satu teman kelas
saya.
“ Hallo, Assalamu’alaikum... “
“ Hallo, Wa’alaikumsalam. Sar, kamu dimana ? ini sudah ditunggu, busnya mau
berangkat.”
“ O, Iya, aku di mushola habis
shalat, tunggu ya, Assalamu’alaikum.”
“ Oke, Wa’alaikusalam... “
Dengan terburu saya melepas
mukena dan menempatkannya ke tempat semula. Dengan langkah yang terburu-buru
saya mencari letak bus saya berada karena bus-bus itu hampir sama semua . Dan akhirnya
saya memasuki bus yang bertuliskan angka 6 dan seisi bus menyoraki saya disana.
Tapi, mereka menyoraki dengan tawa tak membully.
Perjalanan pun dilanjutkan. Seperti biasa tanpa disuruh, permainan yang biasa
kami lakoni terjadi dengan seru. Tapi, seiring berjalannya waktu permainan pun
mulai berkelompok dengan memisahkan posisi, depan belakang. Saya juga tak lupa
untuk memberitahu orang tua lewat sms
disetiap perjalanan. Hari itu mulai larut, satu persatu siswa mulai tertidur,
tapi saya masih belum bisa tertidur karena asyik memandangi pemandangan
disepanjang perjalanan lewat jendela bus.
![]() |
| siswa-siswi digiring untuk menata barang-barang di bagasi bus |
![]() |
| suasana dalam perjalanan menuju kota Tegal |
![]() |
| pemnyuluhan/ pembekalan kepada siswa-siswi sebelum berangkat |
![]() |
| suasana mengantre di mushola kota Tegal |






Komentar
Posting Komentar